Jumat, 29 September 2017

Aku Si Ilmu "Cethek" Berpendapat untuk Dunia Politik

Malang, 30 September 2017
Yg sedang menunggu bapak Sicepat

Assalamualaikum,
Pagi ini sebenarnya ada "niat" untuk tidur lagi habis Subuh-an, tapi ada kesalahan membaca meme tentang Bapak Ketua DPR yang sempat tersandung kasus dan berurusan dengan KPK. Aku tidak akan membahas atau mencecar satu pihak dengan "ILMU CETHEK" ku ini. Siapalah aku yang pagi ini "mendapat pencerahan" untuk menulis dengan ditemani wedang lemon dan Johnny Deppnya adikku. 


Aku yang masih harus terus belajar karena ilmu cethek ku ini hanya ingin berpendapat saja. Entah kalian setuju atau tidak, ini kan pendapatku yang dengan senang hati kalau ada kritik dan saran. BACA KALIMAT INI DENGAN SEKSAMA "Aku selalu bilang kalau baca dengan PEMIKIRAN LUAS jangan dengan PEMIKIRAN SEMPIT", cukup ilmu ku aja yang masih cethek tapi pemikiran diusahakan jangan ya. 


Aku yang tiab-tiba "melek memikirkan Politik, Indonesia dan Negara" ini berpikir, Bukannya yang paling Berkuasa itu Tuhan ya? Tapi kenapa manusia-manusia seperti mereka merasa Berkuasa dengan Kekuasaannya?  Apa iya, manusia-manusia seperti mereka sudah memiliki muka tebal dan urat malunya sudah benar-benar putus? Kalau kata papaku "Mental mereka yang sudah bobrok, bukan rusak lagi". Ah Nan, sudahlah jangan urusin itu, kamu masih kecil, mending skripsi mu dulu aja kerjain, cari duit aja dulu. Aku sedang merasakan kegemasan berlebih untuk salah satu penyakit negara yaitu "KORUPSI". Iyasih aku apalah ini yang masih punya ilmu cethek dan harus banyak belajar, tapi aku tiba-tiba merasa bosan karena hanya menjadi "penonton" tapi aku tidak punya "Kekuasaan" untuk bertindak. Aku tidak tau, siapa yang benar karena aku "bukan" Tuhan, hanya saja aku ingin mengatakan #KEEPSTRONGKPK. Aku percaya Tuhan "selalu bersama" orang-orang baik, mungkin belum sekarang akan terbongkar kebenarannya, mungkin suatu saat atau di akhirat kelak. Tetap bersama untuk memberantas sesuatu yang menyimpang, jangan takut untuk mengungkap kebenaran karena kalian bersa orang-orang yang selalu berdoa untuk memperoleh suatu keadilan, meskipun keadilan yang sesungguhnya hanya milik Tuhan. 


"Nan, masih banyak loh masalah-masalah lain, mulai pendidikan, anak-anak, pembangunan, kemiskinan, pelecehan dan buanyak lagi, apalagi hari ini peringatan G 30 S PKI"
Ah, biarkan aku membahas ini dulu karena ilmuku kan masih cethek, nggak bisa semuanya ku beri pendapat, yang ini sepertinya paling bobrok bukan rusak lagi. Kalau ini nggak ada, bukannya tidak memungkinkan masalah lainnya bisa diatasi ? 


Dulu aku pernah sharing pendapat dengan teman, "Aku benci politik di Indonesia, Kotor! Nggak pemikiran orangnya, taktiknya menjatuhkan lawan", dia bilang "Nggak semua gitu, masih ada yang bersih, tapi ya gitu, ibarat ada 100 politikus yang diberi amanah, hanya 1 atau 2 atau bahkan nggak ada 5 yang benar-benar Amanah. Kita sebagai generasi penerus harus membantu orang-orang yang benar-benar Amanah tersebut". Lalu aku bertanya kepada temanku itu, "Aku hanyalah mahasiswa (dan kusadari Ilmuku Cethek), apa yang bisa aku lakukan ? Demo? Aku tidak suka mengikuti hal-hal seperti itu karena aku bukan aktivis". Aku tidak tau saat itu dia sedang apa dan dengan ekspresi seperti apa "Harusnya kita belajar untuk jadi kader-kader yang Amanah, tapi kalau kamu kayak gitu, bikin tulisan aja nanti dikirim ke ... (nah ini aku lupa dia nyuruh aku ngirim tulisan kemana). Siapa tau dimuat, setidaknya memberikan pemikiran agar mahasiswa atau generasi muda tidak Tutup mata dengan persoalan Negara apalagi di bagian Politik, setidaknya jangan jadi penonton saja". Daaan, aku baru melakukannya sekarang haha....


Ah sudahlah, inilah pendapatku tentang isu yang dinamakan "KORUPSI", maaf aku berpendapat dengan Ilmu Cethek ku karena aku harus banyak belajar lagi. Sebenarnya aku sudah ada bahan blog lain, tapi sepertinya aku pending karena masih bingung layak untuk di publishkan atau tidak, nanti ku koreksi lagi dulu. Aku ingin minta maaf juga kepada temanku Sibad karena tadi aku bilang mau tidur, tapi ternyata melek sampai sekarang haha...
Wassalamualaikum.....

Sabtu, 02 September 2017

Poligami ?? Ini Pendapatku !


Assalamualikum .... 
Ah sepertinya menikah itu menyenangkan, dan itu merupakan salah satu bagian untuk menyempurnakan agama menurut kepercayaanku karena bisa menghindari dosa dalam bermaksiat. Tapi menurutku banyak persiapan untuk "menuju halal" baik persiapan lahir maupun batin. Saranku sembari "menanti waktu yg tepat" perbaiki diri dan banyak belajar + berusaha serta tidak lupa pasrahkan semua pada Tuhan kita karena Dia sudah menuliskan skenario terindah untuk ciptaan-Nya. Kalau di suruh "nunggu" ya sabar, kalau sudah "saatnya" ya Alhamdulillah :) Nah, kali ini aku mau membahas tentang "Pendapatku" sekali lagi "ini pendapatku" karena banyak yg pro dan kontra dengan bahasan kali ini dan I think nggak ada yg salah ataupun benar karena ini kembali lagi pada kepercayaan masing-masing dengan urusan diri sendiri bersama Tuhan. Tidak ada unsur menyalahkan atau menyudutkan beberapa pihak karena PURE ini menurut pendapatku, bukankah kita semua boleh berpendapat ? :)

POLIGAMI .... wih bahasan yg berat karena ada banyak pro dan kontra kalau bahas ini, ya kan? Dari sudut pandang perempuan dan orang awam (seperti aku), menurutku "kurang lebih" arti poligami ini adalah seorang suami yg memiliki lebih dari 1 orang istri (menurut kepercayaanku maks memiliki 4 istri) dengan "ketentuan dan syarat tertentu" yg menikah secara sah baik dalam hukum negara maupun hukum agama. Kalau ingin lebih jelas arti poligami bisa secara bijak mencari pengertian sesungguhnya dengan sumber terpercaya. Wait, kenapa aku menambahkan ada "ketentuan dan syarat tertentu" ? Karena dari beberapa sumber (bisa cari di google "hukum berpoligami") ada ketentuan-ketentuan khusus seorang laki-laki (suami) dapat melakukan poligami. Disini aku tidak akan membahas tentang hukum ketentuan dan syarat untuk berpoligami, karena fokusku ingin menyampaikan "pendapatku" tentang berpoligami :)

1. Kalau ada yg bertanya padaku "Setuju atau tidak di poligami?" 
- Jawabanku "Kalau aku pribadi tidak setuju dan tidak akan setuju jika aku di poligami dan naudzubillah juga kalau berpikiran dipoligami. Alasanku ? Masing-masing orang punya kepercayaan sendiri dengan Tuhannya dan tentu aku sebagai salah satu ciptaan-Nya punya kapasitas keikhlasan sendiri yg hanya aku dan Dia yg tau. Aku bukan mbak Arini dan bukan calon istri yg ikhlas dan siap untuk memiliki "adik madu" karena ya ini kepercayaan dan prinsipku dengan Tuhanku. Sikap adil dalam berpoligami tidak hanya dengan istri sajakan? Masih ada anak-anak juga yg bisa kaget "loh ibuku kok ada lebih dari satu?" Mental dan pemahaman anak juga harus dipertimbangkan. Belum lagi lingkungan sekitar juga. Aku sih selalu pilih cara aman. Selama kita bahagia tanpa "adik madu", cukup kita saja yg menjalaninya untuk mendapatkan berkah-Nya"

2. "Bukannya ada yg bilang kelak akan mendapatkan surga-Nya jika ikhlas untuk dipoligami?"
- Jawabanku "Masih banyak cara yg Tuhan beri untuk mencapai surga-Nya bahkan menurutku akan lebih indah ketika kelak saling berjuang untuk mencapai surga dengan ikhlas tanpa saling menyakiti satu sama lain. Ah, aku tidak tau seberapa kuat istri-istri yg bersedia untuk dipoligami karena untuk membayangkanpun aku sendiri tidak akan bisa seperti mereka."

3. "Bukankah di poligami lebih baik daripada suami bisa saja (naudzubillah) selingkuh atau main-main dibelakang istri?"
- Jawabanku "Menikah dengan berdasarkan niat yg baik karena Allah (Lillahita'ala menurut kepercayaanku) akan menghindarkan dari hal-hal seperti selingkuh atau hal negatif lainnya. Menikah itu komitmen menurutku, bukan antara 2 manusia saja tapi pertama komitmen dengan Tuhan, selanjutnya komitmen bersama kedua belah pihak keluarga. Itu kenapa ada istilah orang Jawa kalau mencari pasangan hidup itu dilihat "Bibit, Bebet dan Bobotnya" haha yg termasuk di dalamnya tentang agama kepercayaannya. Selama kita berbuat dan berdoa mendapatkan yg baik pasti Tuhan akan memberikan yg baik pula kan? :). Banyak alasan seseorang melakukan tindakan menyimpang seperti itu, bisa jadi karena kurang mendapatkan yg apa yg "diharapkannya" atau paling ekstrim dan semoga kita dijauhkan dari yg namanya "nggak kuat karena godaan setan". That's why menurutku jika pasangan dan keluarga membutuhkan "komunikasi yang baik" dan tentunya berdasarkna "keimanan" yg baik pula :) Dengarkan dan cari penyelesaian yg baik bersama"

Kemarin sempat membahas bersama dengan beberapa rekan (yg sedikit sedih karena kami perempuan semua) tentang sempat munculnya aplikasi Poligami seperti ini yg sepertinya sudah dihapus atau aku yg tidak menemukannya. 
Nah kan makin heboh itu, karena kami termasuk dalam calon istri yg tidak ingin untuk dipoligami. Aku tidak tau munculnya aplikasi bahkan bisa saja ada akun yg menyalahgunakan "makna poligami" itu fungsinya untuk apa meskipun semua kembali pada kita pribadi menanggapinya dan memaknainya seperti apa. Dari bahasan ketidak setujuan pendapat kami untuk dipolgami ada beberapa point alasan mengapa "menurut kami" dan "menurut pendapatku setuju" tidak ingin untuk dipoligami. Memahami dan menjalankan makna Poligami itu susah "menurutku", ada syarat tertentu juga kan untuk melakukan poligami karena Poligami bukan di dasarkan karena "nafsu semata" dan entah banyak alasan yg bisa dikaitkan dengan hukum poligami. Menurutku seorang suami orang yg hendak untuk berpoligami harus siap dulu, siap lahir batin bisa berbuat adil tidak jika berpoligami. Kalau ada 1 aja rasa khawatir untuk tidak bisa berpoligami lebih baik dihindari karena berdua membangun rumah tangga menurutku lebih indah tanpa ada rasa kekhawatiran tidak bisa berbagi. Aku tidak tau bagaimana makna "adil" yg dipahami istri yg memiliki "saudara madu" karena sekali lagi banyak makna tentang "rasa adil" yg dimiliki setiap orang jadi tidak ada yg benar atau salah lagi kan ? Yang Maha Adil sesungguhnya hanya Tuhan. Niat untuk mencari "saudara madu" untuk berpoligami juga harus benar bukannya? Bukan mencari perempuan yg lebih muda, lebih catik, lebih "hot" atau lebih "lincah" karena itu sama saja berpoligami karena "hawa nafsu". Kalau pendapatku seorang suami orang yg hendak berpoligami cari lah perempuan yg bagus iman dan akhlaknya, yg sedang kesusahan atau hamba sahaya bukan dari fisiknya dan tentunya HARUS dengan persetujuan istrinya. "Bang, niatnya menikah untuk yg baik, dari awal komitmennya berdua karena Tuhan dan kedua belah pihak keluarga. Janganlah tiba-tiba pulang kerja bawa adik madu" haha. Untuk perempuan yg mungkin memiliki niat "Ingin menikah dengan suami orang atau dengan laki-laki yg berstatus memiliki istri", tolong lah mbak-mbak ini sebagai sesama perempuan saling mengerti, mbak dilahirkan juga dari perempuan. Mbak masih bisa hidup saja berarti mbak dilahirkan dari Ibu yg berharap anak perempuannya tidak ingin menangis karena disakiti oleh orang lain apalagi sesama perempuan. Kelak mbak-mbak ini juga akan menjadi ibu yg mungkin Tuhan menitipkan anak perempuan juga. Jadi menurutku, kalau ada niat "seperti itu" dapatkan ijin dari istrinya terlebih dahulu jangan "ngebet" aja :)

Ah makin berderet kalau membahas Poligami itu. Banyak pro kontra nya. Dan sekali lagi aku menulis ini bukan untuk menyudutkan pihak manapun karena aku menulis menurut "pendapatku" bukankah setiap manusia berhak berpendapat ? Mungkin bisa ada yg diterima atau tidak, tolong lebih bijak dalam mendapatkan sumber informasi dan pendapat orang lain. 

Pesanku untuk calon suamiku nanti "Mas niat kita untuk menikah nanti insyaallah baik karena Allah. Tuhan itu Keren karena bisa menciptakan segalanya dengan sikap dan ciri khas yg berbeda-beda. Tapi mas, aku bukan salah satu yg ingin di poligami. Kurang lebih alasanku sudah aku sampaikan diatas tulisan ini." Hehe...


Kritik dan saran atau sharing pendapat sangat diperbolehkan juga loh ya hehe ...
Wassalamualaikum... 

Minggu, 04 Juni 2017

Bulan 5 ataupun 6 Bukan Waktu yg Tepat Menggantikan Bulan 4


Berawal dari bongkar-bongkar lemari dan menemukan buku mungil kecil ini. Tentunya buku ini spesial, selain kawan-kawan yg memberi dan bentuknya yg unik, ternyata aku pernah mengisi beberapa lembar kertas dengan tempelan foto, tulisan dan bahkan tempelan tiket nonton. Dan semuanya membuat aku flashback ke tahun 2015. Entah ini kenapa jadi melow terus menulis ini, atau ada sedikit kerinduan kepada seseorang yg terakhir bertemu dan terakhir memutuskan untuk tidak berteman di Bulan 6, setelah kejadian itu ....



Hari ini aku baru tersadar jika ke-tiga tanggal yg tertera di ke-tiga tiket tersebut sama-sama ada di tahun 2015. Dan yg bikin aku tersadar lagi, bulan ke-tiga tiket tersebut berurutan bulan 4, bulan 5 dan bulan 6. Tapi tentunya itu bukan bersama 1 orang yg sama, bukan juga bersama 3 orang yg berbeda, hanya dengan 2 orang yg berbeda. Kalau ada yg bertanya "Seandainya mesin waktu Doraemon beneran ada, mau ke waktu yg mana?", Saat ini jawabanku pasti "Ke bulan 5 2015". Entah ini jawaban penyesalan atau sedikit kerinduan ha ha... but time must go on, waktu harus berputar, sudah tidak ada penyesalan hanya saja mengutuk bodoh diri ini telah menyia-nyiakan seseorang di Bulan 5 dan Bulan 6. Dia pernah bilang sebelum berpisah dan saling tidak menegur sapa lagi "Orang yg spesial di hati, bakalan kalah sama orang yg selalu ada" dan kamu benar harusnya aku mendengarkanmu. Tapi pada saat itu bukannya aku bilang "Belum siap" atau itu hanya alasanku untuk menghindari perasaanmu ha ha ha klasik... Aku selalu mengambil sisi positifnya, Tuhan ingin menjagaku dan menjagamu sampai pada waktunya entah aku denganmu atau kita dengan masing-masing sesuai takdir Tuhan :) dan nggak tau yg sekarang bersamamu akan tetap bersamamu hingga kelak atau bukan. Cuma 1 yg bikin nyesel, why kita mesti lost komunikasi dan berhenti menjadi teman ... aku rasa menjadi teman selama 2 tahun di satu kelas bahkan di satu kelompok Biologi yg sama itu belum cukup :')


Di bulan 4 aku masih menyukai seseorang yg benar-benar aku sukai (dulu) dan ada goresan luka yg dibuatnya hingga saat ini yg menjadi alasan aku harus membenci rasa suka itu. Di bulan 5 kamu datang yg akupun tidak menyadari kamu ada rasa , sampai bulan 6 kamu mengungkapkannya dan aku baru sadar selama itu ada rasa pada salah satu dari 2 orang teman pria-wanita, dan itu rasa suka mu... Tidak terasa sekarang 2017 di bulan 6 yg artinya sudah 2 tahun kita menjadi 2 orang yg tidak saling kenal. Mungkin ini akan menjadi pelajaran bagiku untuk menghargai perasaan orang lain. Semoga aku, kamu dan dia akan menemukan yg tepat secara indah sesuai dengan waktu ketentuan Tuhan, karena banyak yg bilang "Semua akan Indah pada Waktunya ... (jika kita berusaha dan selalu ingat Tuhan)". Karena bulan 5 dan bulan 6, bukan waktu yg cukup untuk menghapuskan goresan luka di bulan 4.
 -End-

Senin, 08 Mei 2017

Tentang Menjadi "Istri"

Tentang menjadi "istri",
Lagi iseng aja nulis ginian karena pengen aja, sering bahas ginian padahal "masih angan-angan" untuk menjadi "istri". Dari kemarin-kemarin masih kepikiran, banyak unek-unek, banyak saran, banyak kritik, banyak pro dan kontra yg saya alami selama berbincang-bincang dengan orang-orang terdekat saya terkhusus untuk kaum perempuan.

Banyak yg sering cerita dan saya ingin menanyakan pendapat tentang "pernikahan" tentunya menjerumus ke masalah "asmara". Murni bukan karena saya akan menikah atau saya akan menjadi istri dekat-dekat ini, hanya iseng aja (menurut saya) ditengah-tengah melakukan kegiatan serius.
Saya sering mendengar bahkan saya sendiri sering mengatakan "pengen nikah, pengen jadi istri, pengen jadi ibu, pengen di halalin , pengantin pernikahan bla bla bla...calon haha". Teman-teman saya bahkan juga ada yg seperti itu, tapi pendapat dan perspektif orang berbeda-beda. Saya akan bahas dari mulai yg pro dulu ya karena kalau yg kontra kayaknya bahasannya berat.

Buat kalian perempuan yg "merasa" siap untuk dipinang banyakin doa nya semoga disegerakan oleh-Nya. Oke kalau dilihat dari segi Agama terutama Agama yg mayoritas di Indonesia ini, menyarankan "lebih baik dihalalkan daripada mendekati zina karena Allah melarang hal-hal yg mendekati zina... " ini konsep menurut saya kalau dilihat dari segi kepercayaan yg saya anut dan bisa diperkuat dengan pencarian-pencarian ayat, hadis atau menurut ulama hasil Googling. Saya mengerti kalian perempuan yg sering mengatakan "aku pengen nikah aku pengen nikah...", tidak ada yg salah dari ucapan kalian itu. Siapa tau itu doa yg bisa segera di jabah oleh-Nya. Dilihat dari segi agama mayoritas pun itu lebih baik bukan. Kemarin waktu tiba-tiba saya melakukan "dosa" karena nonton FF8 duluan (ini menyebabkan perang dingin antara saya dan best soulmate saya), saya sempat berbincang dengan salah satu teman baik saya yg kebetulan dia ini adalah salah satu cucu Kyai Cukup Terkenal dan Disegani dari Surabaya (dia anak Kyai di Kudus). Ms.S panggilan namanya sama kayak sebutan penyanyi dangdut hehe. Setelah beli tiket dan harus nunggu kurang lebih 2 jam buat nonton, saya dan ms.S ini pergi ke "tempat jajan" sejenak. Karena saya tau dia lagi galau gara-gara mas yg namanya "Riyan" (saya nggak tau yg mana, terakhir dia jadi pembaca Bab 3 pas haul yg didatangi ms.S), akhirnya saya nanyain masalah nikah tentunya karena alasan lain dia sering ngomong pengen nikah. Saya lupa percakapan persisnya seperti apa tapi kurang lebih saya menanyakan tentang hal-hal ini "Bad, bukannya nikah itu ribet ya? Kan setidaknya udah punya pegangan buat hidup setelah nikah, udah siap buat mendidik anak nanti nya, belum lagi nanti kalau suami takutnya lirik sana sini, perempuan kan ada yg lebih pencemburu apalagi udah jadi istri, terus kalau naudzubillah ini takut ada poligami, kalau belum kenal banget sama suami bukannya resiko nya lebih besar lagi...". Dia jawab dengan santai seperti biasanya, "Allah itu udah ngatur semuanya termasuk rejeki, dan biasanya dan kebanyakan yg aku tau setelah nikah Alhamdulillah rejeki malah mengalir lebih. Kalau nanti kita diijinkan suami untuk kerja ya alhamdulillah bisa nambahin pemasukan, penting percaya sama Allah udah ngatur semuanya. Nikah itu menyempurnakan ibadah, ngejauhin zina karena kalau mau ngapa-ngapain sama suami itu halal halal aja. Kalau masalah punya anak itu menurutku, anak itu titipan Allah. Kalau pengen pacaran habis nikah dulu itu masih bisa dilakuin pas udah punya anak, soalnya aku ngeliat ada pasangan yg udah nikah bertahun-tahun tapi belum dikaruniai anak, kan apa salahnya untuk mencoba (ini kemudian bahas tentang kapan "berhubungan" dengan suami, saran yg bagus). Siap nggak siap jadi ibu dan ngedidik anak itu lebih baik praktek nya langsung, nanti juga biasa bisa mendidik anak. Kalau bilang siapin diri dulu aja juga ada benernya, tapi kalau nggak praktek langsung kapan mau bener-bener siap...."

(Menyeruput es Americano) ".... aku tipe perempuan yg pencemburu, tapi selama kita bisa menjaga penampilan di depan suami, kayaknya resiko suami liat kanan kiri kecil. Kalau punya uneg-uneg sama suami ya bisa aja nanti pas doa bareng habis jamaah dikeras-kerasin suaranya, kamu ngertikan aku suka ngasih kode haha... Untuk masalah poligami ya, ini susah bahasannya. Aku nggak pengen di poligami, balik lagi ke menjaga penampilan diri tadi. Doa nya ya satu aja sampai meninggal nanti ...." Kemudian kami membahas tentang perjodohan.

Itu tadi yg pro sama nikah, ini saya menemukan beberapa teman diskusi perempuan yg dari bahasannya kontra dari "menjadi istri di usia muda"... Sebagai mahasiswa terutama mahasiswa tingkat akhir ini ternyata mereka memiliki pemikiran yg berbeda dengan yg keburu pengen nikah. Ada yg khawatir persis dengan pertanyaan yg saya ajukan sebelumnya kepada ms.S. Namun ada juga yg menurut saya mereka menggunakan "pemikiran rasional" kalau dikaitan dengan kondisi saat ini.

"Suka sebel sama pemikiran perempuan yg keburu minta dihalalin, apalagi nggak si laki nggak si cewek ini duit masih minta orang tua. Mau dikasih makan apa nanti habis nikah, duit dari orang tua? (Kemudian dia cerita orang tuanya dulu masih belum punya ketika setelah menikah dan ingin mandiri). Mbok ya sabar dulu, kuliah yg bener, ndang lulus, cari kerja dulu buat nabung, nabungin juga buat anak nanti biar nggak bingung besok makan apa. Dikira nikah gampang ? Belum lagi kalau sama-sama pemikirannya masih kayak bocah, cek-cok terus mau cerai? Kasian tu pada bocah-bocah". Terus ada yg lebih bijak lagi sih kontra sama "pengen nikah muda", dia bilang pas main-main di kos dan seperti biasa saling tukar pendapat "Iya emang enak kalau udah nikah bisa ngapa-ngapain sama suami, mau pelukan, mau ciuman, atau mau ehem juga halal-halal saja. Tapi kan ada yg bilang kalau "kualitas pasanganmu sama dengan kualitasmu", ini bisa dijabarkan dengan berbagai sudut pandang sih, kalau menurutku perbaiki dan buat dulu aja kualitas diri sendiri sambil menunggu "yg pantas dan tepat datang". Misalnya punya pendidikan yg bagus, punya karir yg lumayan bisa membantu finansial keluarga kecil nanti, apalagi tentang kedekatan diri dengan Sang Pencipta". Kemudian berakhir dengan anggukan setuju, karena Rejeki, Jodoh dan Mati sudah ada Yang Mengatur secara adil-adilnya, persiapkan dan pasrhkan saja kepada-Nya.

Jadi keinget ada laki-laki yg bilang "jangan pikirin cinta-cintaan, kuliahmu gak guna"... iyasih sepertinya laki-laki mulai mengagumi perempuan berkarir, meskipun nggak semua laki-laki menginginkan istrinya sibuk berkarir. Pasarahkan saja .... :)

Jaga "Kerudungmu" Mbak

Tetiba merasakan sedih :(
Sekedar berbagi cerita saja sobat,
Ini jelas perintah untuk "perempuan" yg memiliki kepercayaan "Mayoritas" di Indonesia untuk "menutup aurat" dan wajib untuk yg sudah baligh (bisa di baca di sini -> atau sumber lainnya http://www.duniaislam.org/17/11/2014/perintah-dan-hukum-memakai-jilbab-bagi-wanita-muslim/).


Beberapa kali saya melihat "snapgram" atau "storygram" beberapa teman saya yg lagi maen tapi melepaskan "kerudungnya" (bisa dilihat disini apa itu hijab, jilbab, khimar atau kerudung disini atai sumber lainnya -> http://www.duniaislam.org/02/02/2015/perbedaan-hijab-jilbab-khimar-dan-kerudung/).

Kenapa ya saya sedih ketika melihat rambut mereka terurai apalagi berada disekitar banyak yg bukan mukhrimnya. Saya tidak melakukan "judge" karena saya sendiri masih merasa belum benar dan dalam proses belajar untuk menutup aurat. Tapi bagi saya, ketika sudah memutuskan untuk "berkerudung" setidaknya konsisten jangan melepaskan di tempat umum yg ramai. Saya bukan tipe orang yg terlalu fokus dan "harus" pada sesuatu apalagi tentang "kepercayaan (re:agama)". Saya suka kebebasan, tapi saya mengharapkan ke "konsistenan" terhadap "kerudung" karena urusan kita dengan perintah Tuhan. Masa iya sudah ditutup tiba-tiba dibuka lagi, rasanya kayak membuka luka lama gitu haha (canda aja biar nggak yegang keseriusan). Bukankah sudah cukup bagus ketika memakai "kerudung" disertai penggunaan pakaian panjang ya meskipun masih ketat atau nerawang setidaknya sudah mau belajar untuk "menutup".


"Astaga mbak, pada kemana kerudungnya ...?"
"Masih di cuci fee ..wkwk"
"Ah bisa aja mbak ini"
"Wkwk"
Itu hanya mengingatkan loh ya, bukan menyindir atau "mengharuskan", sebagai seseorang yg termasuk makhluk sosialis (katanya manusia sebagai makhluk sosial) dan yg memiliki "kepercayaan" sama :)


dunia semakin menua ....
Mbak mbak jaga kerudungnya...
Ayo belajar bersama....
Menjaga dan menutup aurat....
Yg belum mencoba mari mulai bersama....
Karena ini perintah "kepercayaan" kita untuk menjadi lebih baik :)

Rabu, 22 Maret 2017

Tadinya Melow Garis Keras

Dari mana enaknya bercerita... dari nata turun ke hati ? Haha garing
Teman bukanlah segalanya karena aku sendiri pun pernah punya masa pait buat salah mengartikan arti "persahabatan" mungkin karena waktu itu masih ABG yg emosinya labil. Kalau ada yg bilang yg bisa menghancurkan persahabatan antara pria yaitu harta, tahta dan "wanita", ternyata pria juga bisa menghancurkan artinya "sahabat" antara wanita. Ah itu manusiawi kalau emang sekarang aku mikirnya, itu Tuhan udah merencanakan agar ciptaanNya bisa belajar. Sedikit aja aku ceritakan masa lalu yg pait itu, karena aku sendiri ingin mencoba terapi "virtual forgiveness" dari buku psikologi yg nggak sengaja aku ambil asal pas diperpus kemarin.
Dulu waktu SMP aku gaya gayaan punya geng isinya 4 orang cewek semua, terus pas masuk SMA 3 diantara kami masuk sekolah yg sama dan kebetulan ada 1 diantara mereka sekelas denganku dari kelas 10-12 (kalian pasti yg kenal aku tau, ini bukan buat menjelekkan atau maksud lainnya, tapi ini buat penyedap awal inti aku nulis ini). Ada 1 anggota baru lagi pas SMA sebenernya temen sejak SMP juga dan sampai sekarang kami masih akrab dan kumpul bareng. Waktu itu pas kelas 10 atau 11 aku lupa aku pernah punya "ehem" kakak kelas gitu, kami beserta 2 teman akrab ku itu masuk satu ekskul yg sama sampai suatu saat aku "jadian" sama si "ehem" itu. Awalnya nggak tau gimana sebenernya si "ehem" itu dan masih polos oon nya. Dan sekarang baru sadar kayak apa si "ehem" dulu pas sama aku. Suatu hari aku sama si ehem ada masalah (namanya juga ABG), sampai akhirnya putus. Pas putus baru aku ngeh kalau si ehem itu pernah main serong gitu ketemu mantannya dan pergi sama mantannya pas baru jadian sama aku (ini aku liat sendiri) dan ehem dulu sering keluar sama perempuan lain (ini dari teman baik ku lainnya yg awal bertemu nanya "kamu percaya ramalan?" Aku kangen dia). Lanjot, pas udahan sama si ehem, si ehem awalnya ngerajuk gitu hampir aku kepikat lagi baru terungkap kalau si ehem ndeketin temenku yg dari SMP itu, awalnya aku marah sampai bilang kalau sahabat yg dari SMP itu udah nggak ada lagi. Lama kelamaan yaudah lah biarin aja mereka dan aku masih baik baik aja sama si temenku itu sampai sekarang. Dia nggak pernah cerita sama aku tapi aku kan sebenernya peka cuma pura pura osong aja sama peka. Sampai sekarang aku nggak tau mereka masih apa enggak. Ini keinget gara-gara si denis nanyain si ehem di aku. Lah akunya kan bodo amat, yg lalu udah lah berlalu gitu. 
Mangkannya salah satu alasan aku nggak terbuka sama orang itu karena itu, mungkin karena kejadian kejadian masa lalu juga. Orang tuaku dulu bukan seperti sekarang, dulu mereka (menurutku sebagai anak) kalau aku mau curhat pasti dimarahin duluan, sekarang alhamdulillah udah mau dengerin dulu meskipun kadang baru dimarahin. Pernah juga itu pas itu aku punya diary, ketaun ibuk aku dimarahin sampai 3 hari lebih sampai aku sobek sobek itu diary. Ibuk pernah bilang itu dulu pas marah gara-gara kasus diary itu "kono ben mentingne koncone kono".... 
Itu cerita dulu, sekarang makin bertambah umur aku merasa sudah mulai dewasa haha baru baru ini pas baru masuk kuliah, aku mulai berani untuk cerita ke 3 teman baruku di jaman maba dan sekarang i think they are my member family haha.... seriusan kalau nggak percaya coba tanyakan Tuhan, aku bukan orang yg suka cerita masalah serius ke orang lain dan cenderung menggunakan kebiasaan buruk dengan mengupdate di medsos medsos.. sekarang i have them. Memang keluargaku diatas segala galanya dibawah Tuhan, tapi dengan keberadaan Alfita, Sibad dan Eta ... seperti Tuhan sudah menyusin cerita mereka adalah kepercayaan Tuhan untuk ku bercerita. Ya i know, nggak bisa dipungkiri kadang aku sebal sama mereka atau kadang aku sebal sama keluargaku sendiri, manusiawi karena aku masih belajar menjadi seseorang yg nggak mudah marah atau ngambekan. Kalian pasti yg kenal aku tau aku mudah ngambek tiba tiba terus diem tiba tiba marah nggak jelas, aku nggak tau kenapa begitu tapi seriusan aku lagi belajar dengan petunjuk Tuhan buat mengurangi atau menghilangkan itu. Bukan membandingkan dengan anggota keluarga karena mereka yg bukan memiliki hubungan darah kecuali kalian mengaitkan dengan sama sama cucu Nabi Adam, sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri. Memang ada beberapa teman yg kadang cuma menilai dari luar, judge langsung dari luar tanpa tau apa di dalam diriku ini. Haha ...... katanya selama hidup manusia mengalami proses belajar, ya ini aku masih belajar, mohon bimbingannya. Tadi melow kok sekarang biasa aja ya udah nggak melow melow banget. Big thanks for Allah SWT dan seluruh yg dicintaiNya... thank for ibuk papa, helen sherly ican, alfita sibad eta (ini yg khusus) dan teman teman semuanya yg lainnya, terima kasih sudah membantu belajar...

Jumat, 13 Januari 2017

Bocah Pengamen

Hari ini, sepulang akhir UAS di ujung kuliah Semester Tua aku dan 2 orang temanku menikmati sarapan sekaligus makan siang kami di warung Bu Nur. Kali ini bukan tentang soto, jus alpukat atau cowok tampan yg sedang nangkring disitu, tapi seorang bocah pengamen. Sudah biasa selama aku makan di warung bu Nur banyak pengamen yg menjajakan suaranya demi (semoga) sesuap nasi. Biasanya mereka ada di depan warung sampai akhirnya mereka nekat menodongkan plastik kecil untuk mengumpulkan kepingan koin atau lembaran 2rb. Baru tadi setelah aku selesai makan muncul seorang pengamen entah laki-laki atau perempuan aku membelakanginya. Karena posisi dudukku di pojok dalam, tiba-tiba muncul sesosok makhluk kecil paling usianya 6 atau 7 tahun kurasa, karena dia benar-benar kecil. Waktu bocah itu datang ke mejaku, aku masih mencari-cari koin dan kebetulan aku membeli permen kaki lumayan 5 biji. Setelah aku ambil koin dan 1 permen kaki, kumasukkan koin itu ke gelas aqua. Si nocah asli nadanya cuek tapi bocah menggemaskan sedikit cempreng (namanya bocah) bilang "Makasih". Aku tertegun dengan suara bocah itu, lalu aku tanya "mau permen?" Dia bilang mau dan ngucapin "Makasih" lagi akhirnya aku melihat bocah itu, aku tidak tau dia laki-laki atau perempuan karena rambutnya lucu tebal lurus sepundak, menggunakan topi 'pancing' (nggak tau topi apa namanya) pakai kaos dan celana longgar selutut (maaf lusuh) dan mukanya sedikit ada noda mungkin debu angin. Belum sempat aku melihat dengan jelas, bocah itu ngacir entah kemana karena saat itu temanku mengajak ngobrol.

Aku penasaran, sekarang sampai menulis ini aku penasaran. Waktu itu pukul 11an siang, dan kalaupun dia masih kelas 1 atau 2 SD memang sudah waktunya pulang sekolah. Jadi teringat novel "Doa Anak Jalanan", sebegitukah hidup mereka sampai anak yg harusnya tidur siang atau bermain bersama temannya harus ikut berkeliling mencari uang, apa benar mereka punya seseorang atau beberapa orang yg selalu memberi target jatah setor per hari mereka. Benar, "Maka nikmat Tuhan mana lagi yg kau dustakan?", bersyukur bisa hidup lebih baik dari yg belum baik. Semoga mereka dan bocah pengamen itu memang sedang membutuhkan bukan mengkondisikan menjadi yg membutuhkan, karena masih banyak orang jujur dengan kondisi yg jauh membutuhkan daripada mereka.
Siapa nama bocah pengamen itu? Umur berapa dia? Kenapa dia melakukan itu? Apa cita-citanya? Apakah dia merasa sedih ?