Selasa, 22 Maret 2016

Putri Kecil Mereka... Selamanya

Orang tua, mereka terdiri dari ayah dan ibu. Ayah yg seperti ibu dan ibu seperti ayah... Tidak semua anak yg beruntung memiliki orang tua lengkap atau kasih sayang dari orang tua lengkap, tapi bagaimanapun juga entah kapanpun itu jika kalian anak-anak yg beranggapan dan tidak menyayangi orang tua kalian karena ada suatu masalah "tertentu", percayalah orang tua kalian selalu menganggap kalian pangeran dan putri kecil mereka. Untuk kalian anak-anak yg ditinggalkan orang tuanya menuju "surga terindah", doakan mereka disana jagalah diri kalian agar mereka bahagia disana, ketahuilah mereka menyayangi kalian.  Allah menyayangi kalian sebagai anak-anak yg dititipkan kepada orangtua, bahkan percayalah ambil sisi positif nya ketika Allah "menguji" kalian

Kapan terakhir kali kalian mengatakan sayang kepada ayah dan ibu kalian ? Kapan terakhir kali kalian mencium tangan kedua orang tua kalian ? Kapan terakhir kali kalian memeluk mereka ? Kapan terakhir kalian nerindukan mereka ? Seberapa sering kalian memikirkan mereka ?

Ingatkah kalian ? Ketika menangis tengah malam waktu bayi ? Ingatkah kalian ketika buang besar dicelana dalam ? Ingatkah siapa yg akan melindungi kalian ketika kalian ketakutan ? Taukah kalian siapa yg paling khawatir tentang kalian ketika kalian berada jauh dari mereka? Taukah kalian siapa yg mempercayai kalian ketika tidak ada yg mempercayai kalian ? Siapakah yg selalu memberi dukungan kepada kalian ketika terpuruk ? Siapakah yg selalu mendoa kan kalian tiada henti-hentinya ? Kemana lagi kalian pergi ketika banyak orang mencampakanmu ? Ingat kita didunia ini hanya memiliki Allah dan semua yg dititipkanNya termasuk orang tua.

Hal ini mengingatkanku kepada orang tuaku yg Alhamdulillah aku termasuk salah satu anak yg beruntung memiliki mereka. Saat ini ketika aku menuliskan ini, aku berada jauh dari orang tua karena tuntutan pendidikan dan saat ini juga aku berada dipuncak-puncaknya "underpressure" karena sudah semester 6. Tau kan ketika perempuan (seperti kami) bawaannya pengen nikah mulu, itu menjadi salah satu yg ingin aku bahas. Ketika ditimpa permasalahan klasik yg sama seperti tahun awal perkuliahan yaitu "kelompok seperti individu". Tidak perlu aku bahas karena itu bukan konten yg ingin aku bahas sekarang. Aku suka sekali mengeluh padahal itu tidak boleh dan aku tau itu. Tempat pertama aku menumpahkan segala keluhanku "hanya" tentang pendidikan dan segala sesuatu yg berkaitan dengan itu adalah Papaku (yg sudah aku kisahkan di post sebelumnya). Hanya papaku yg tau ketika aku menangis karena depresi ini itu meskipun tidak semua depresi aku sampaikan kepadanya. Bukan berarti aku tidak mau berbagi depresiku ke ibuku, tapi karena sifat ibu yg terlalu sayang kepada anak-anaknya dan akan memikirkan permasalahan anaknya aku tidak menginginkan ibu sakit. Aku tau jika papa ku tidak jauh berbeda dengan ibuku, tapi karena Allah memberikan sesuatu yg berbeda dari kaum Adam dan Hawa, aku menumpahkan keluh kesahku kepada beliau papaku. Satu sifat laki-laki bahkan tidak semua laki-laki yg tidak dimiliki sebagian besar perempuan adalah cara mereka berpikir dan mengambil solusi dari suatu permasalahan yg tidak diiringi dengan rasa panik berlebih (meskipun aku tau adik perempuanku memiliki sifat seperti papaku). Itulah sifat laki-laki yg keren, maka dari itu aku menyukai laki-laki. Tak jarang aku mengatakan "Pa, nggak pengen nikahin anaknya ? " meskipun sambil bercanda dan beliau pura-pura tidak mendengar ucapanku tetapi mengalihkan pembicaraan. Hingga beberapa saat kemarin ketik kami bertelpon ria beliau menanyakan
"Rencana habis selesai kuliah mau lanjut dimana ? Kalau mau lanjut yg kayak papa ... (membicarakan tempat beliau bekerja)"
nggak dengan iseng dan nggak terlalu serius aku menjawab beliau "aku pengen nikah"
Ini pertama kalinya beliau membahas ucapanku yg nggak terlalu bercanda dan tak terlalu serius "yo jangan" kemudian kami bercanda karena aku tau dari nada bicara beliau, itu larangan serius. Aku ingat ketika kamu (yg di Bogor sana) kemudian membahas statusku yg intinya "belum dapat lampu ijo dari papa" dan satu alasan yg aku sesalkan tentang jawabanku atas pertanyaanmu kenapa masih dilarang adalah "karena pendidikan nggak gratis maka harus ada feedback untuk orangtua". Aku tau dan aku nggak terlalu berharap kamu disana menanyakan itu khusus untuk aku atau karena aku juga wanita dan untuk menjawab pertanyaanmu untuk wanita lain, aku mulai menyerah tentang kamu dan aku sudah berdoa yg terbaik buat kamu dan aku "tulang rusuk dan pemiliknya takkan pernah tertukar. Dan akan bertemu pada saatnya" ... (diluar konten ini). Kembali ke pembahasan, lama aku berpikir dan aku merasa ada satu rahasia kecil dari larangan tersebut bahwa papa tidak ingin kehilangan putri kecilnya (meskipun aku anak pertama dari 4 bersaudara). Menikah, itu masa dimana tanggung jawab orang tua kepada anaknya (meski tidak semua) sudah digantikan kepada halalnya terutama bagi seorang anak perempuan, tanggung jawab orangtua akan digantikan kepada suami. Papa masih belum siap seperti itu, papa masih ingin aku bersama mereka (dan akupun selalu berharap bersama mereka selamanya). Rahasia kecil itu pun untuk saat ini aku gunakan sebagai alasanku untuk jangan "menikah dulu" (selain belum bertemu pemilik tulang rusuk ini). Disisi lain ada kontra dalam benak kalau semakin cepat menikah semakin banyak dosa yg fapat dihindari karena sudah memiliki yg halal.

Bagaimanapun aku akan menjadi dan selamanya adalah putri kecil mereka :) alhamdulillah... semoga kalian (orang tua) disediakan surga terindah dan semoga kami (anak) tidak membuat kalian mendapat balasan neraka karena perilaku dan hidup kami sebagai anak yg tidak mematuhi kalian. Panjang umur sehat selalu karena aku cinta kalian amin